Senin, 17 Juli 2017

DIBULLY LAGI?!





   Baru aja kemarin gue posting blog tentang rasisme yang pernah gue alami ketika masih sekolah dulu, pagi ini baru masuk kerja dan gue iseng scroll timeline, gak sengaja liat instastory nya kak @putrititian yang bercerita tentang ada nya kasus bullying LAGI di tanah air kita tercinta Indonesia.


 source instagram nya kak @putrititian

  Ini bukan kasus pertama yang gue dengar, ada beberapa kasus bullying yang terjadi di Indonesia, yang kebanyakan dilakukan oleh pelajar yang masih berbaju seragam. Bagaimana bisa anak-anak sekecil mereka melakukan aksi bullying yang tidak pantas apa lagi ditambah dengan kekerasan seperti itu. How can?

   Pertama, gue emang bukan siapa-siapa, apa lagi ahli di bidang ini. Ini adalah opini gue terhadap kasus bullying yang terjadi belakangan ini. Gimana bisa mereka yang notabene nya masih anak kecil bisa melakukan kekerasan kepada teman nya sendiri. Jawaban nya menurut gue adalah, kurang nya perhatian dari orang tua atau guru mereka.

   Kenapa gue bisa bilang begitu? Karena pada zaman sekarang, kebanyakan anak-anak kecil akan melakukan apa yang sering mereka lihat, atau sering mereka rasakan. Apa yang mereka lihat? Youtube? Instagram? Iya! Banyak platform sosial media yang sangat mudah di akses sekarang. Hanya dengan sentuhan jari mereka bisa mengakses apa saja yang mereka mau. Di Youtube, banyak vidio yang seharus nya belum pantas mereka tonton,di platform lain nya? Kurang lebih sama.

   Disini gue bukan menyalahkan anak kecil nya ataupun platform nya, tapi kurang nya perhatian dari orang terdekat mereka lah yang membuat mereka “bebas”. Sebenarnya platform-platform seperti Youtube, Instagram, Twitter, akan menjadi tempat yang sangat bagus untuk menambah ilmu, mencari hiburan, atau mengekspresikan diri. Dengan ada nya kontrol dari orang tua, platform itu akan sangat berguna bagi mereka.

  Disini gue mengambil contoh, anak om gue sendiri nama nya Hansen, yang dari umur 2 tahun sudah diberi i-Pad oleh orang tua nya. Sejak umur 2 tahun dia sudah terbiasa dengan apa yang namanya Youtube dan internet. And now, hansen sudah berumur 8 Tahun, lancar berbahasa inggris, dan sedikit bisa bahasa China. Dan hebat nya lagi, dia bisa belajar piano secara otodidak. Hanya dari Youtube. Iya, hanya dari Youtube. How can?

   Itulah perbedaan kebanyakan orang tua sekarang, ada yang memberi anak mereka teknologi tanpa membatasi mereka dengan apa yang mereka tonton. Dan ada orang tua yang memberi teknologi kepada anak nya karena takut anak nya rewel. Tanpa adanya bimbingan kemana sebaik nya teknologi itu mereka gunakan.

   Kasus Bullying ini bakalan berkurang, atau malah berulang kalau orang tua mereka tidak tau cara mendidik anak mereka, bukan dengan kekerasan, tapi dengan pemahaman. If you teach your child with violence, they will do same shit. Karena mereka masih dalam tahap belajar dan mengamati. Jika kalian sering memberikan dan memperlihatkan kekerasan, itulah yang akan mereka lakukan. Entah karena alasan senang, atau terlihat keren.

   Mungkin gue salah, bisa diberi kritik bila memang gue salah. Tapi, gue adalah salah satu orang yang juga pernah merasakan Bullying dengan rasisme. Dan gue belajar, kedua nya itu tidak ada kebaikan di dalam nya. Hal buruk yang bisa terjadi dari korban bullying, mereka akan merasa tidak percaya diri. Mental block atau trauma juga sering terjadi akibat pengalaman bullying yang pernah mereka alami. Ada manfaat nya bullying? Nope.

  Dan melihat postingan kak @putrititian di instagram story nya, membuat gue bertanya. Berapa banyak orang tua yang akan khawatir dengan pertumbuhan anak mereka di zaman ini? Berapa banyak anak lagi yang harus mengalami bullying agar kita sadar dengan betapa buruk nya pendidikan anak di Indonesia kita tercinta? CMIIW.

BONUS : dont watch it if you under 18+



source instagram @infoanda

Tidak ada komentar: