Halo,memang,ternyata menjadi tua itu
enggak enak,dulu gue punya 90 persen waktu luang buat jalan-jalan atau sekadar
main basket,sekarang waktu luang nya sisa 10 persen,dan 90 persen nya,kerja.
Semakin kesini,gue sering memperhatikan
orang-orang yang ada di sekitar gue,entah itu di lingkungan
rumah,pekerjaan,pertemanan,atau sosial media.banyak diantara mereka yang
menjadikan suatu hubungan itu sebagai pencitra’an diri,bukan untuk melengkapi
diri nya.
Pernah satu pengalaman gue nemuin orang
yang punya pacar banyak Cuma buat dapet citra “ Laku “,mungkin untuk beberapa
orang juga laku dalam dunia percinta’an memang membanggakan,tapi menurut gue
itu lebih kayak enggak bisa mempertahankan suatu hubungan,atau bisa gue sebut
sebagai,pecundang.
Kalo buat para capres Indonesia,pencitra’an
itu seperti nunjukin semua kegiatan yang dilakukan kan yang kata nya untuk
rakyat,di sebar ke media,lalu rakyat mikir dia itu seperti apa yang mereka
lihat di media.tapi,terkadang media itu kayak uang logam,punya dua sisi yang
beda satu sama lain.
Sama kayak pasangan yang Cuma mencari
pencitra’an diri,setiap kegiatan yang dilakukan di bagikan ke media sosial.apa
pun itu,kayak makan berdua,makanan nya difoto sambil pegangan tangan,atau lagi
nonton berdua,tiket nya yang difoto,atau lagi boker,gayung nya difoto,tetap
berdua! Buat apa?,buat sekadar dunia tau kalo “ ini loh yang gue lakuin sama
pasangan gue “. Mesra? Gak gitu-gitu juga.
Sebenar nya enggak ada salah nya,itu hak
kalian,tapi kalo gue,lebih suka ngumpulin foto-foto berdua sama seseorang yang
disayang atau kenangan sekalipun ke dalam kotak yang enggak bisa siapa pun
ngeliat dan mengomentari hubungan gue,gue sebut kotak itu sebagai otak.karena
otak selalu bisa merekam kegiatan yang gue lakukan bersama pasangan gue tanpa
orang lain tau.karena sosial media adalah tempat dimana terlalu banyak mata dan
mulut untuk mengomentari.
Pilihan kedua,gue suka mengabadikan
moment-moment yang mungkin enggak akan gue ulangi lagi,dan moment itu enggak
akan pernah gue share ke sosial media.karena itu langka,dan Cuma gue yang boleh
tau dan orang yang waktu itu lagi bersama gue,dan Tuhan.seperti waktu itu,gue
sempat memoto kegiatan yang mungkin enggak akan pernah gue ulangi lagi sama
dia.
Waktu itu adalah hari ketiga bokap
berpulang,gue masih ngerasa “kok,kayak mimpi ya”,padahal minggu sebelum nya,gue
masih sempat makan bareng sama bokap di meja yang sama,waktu yang sama.sedih
memang,tapi hidup enggak berhenti disitu kok.
Siang hari,tepat nya pukul 1 siang,gue masih
memakai baju putih-putih.kalo kalian baru kenal,gue adalah keturunan etnis
cina,walau pun muka gue arab maksimal.jadi semua kegiatan tradisional masih
dilakukan sampai sekarang.di etnis cina,bila ada yang berpulang dalam satu
rumah,anggota keluarga sebaik nya memakai baju putih-putih sebagai tanda
berduka.dan hari itu,gue mendapat sedikit hiburan,Cinta ( nama disamarkan
),datang kerumah tanpa sepengetahuan gue.dan hanya dua rasa yang gue rasakan
waktu itu,sedih.dan bahagia,karena gue yakin,sedih dan bahagia itu datang nya
satu paket.
Nyokap masih di tempat keluarga gue,karena
para keluarga tau,kalau langsung tidur dirumah nyokap akan lebih merasa
kehilangan bokap.dan gue dititipin pesan buat ngegulung uang kertas buat ritual
yang biasa dilakukan etnis cina bila ada peringatan hari kematian atau
kelahiran seorang keluarga.
Gue hari
itu enggak banyak bicara,sedikit senyum sudah menunjukan kalo gue senang kalo
Cinta datang kerumah nemanin gue disaat titik terendah dalam hidup,dan cinta
juga ngerti,kalo ini bukan sa’at yang tepat untuk memilintir rambut gue yang
keriting atau gue yang senang mencetin hidung nya.mungkin nanti.
Tangan gue terfokus menggulung setiap lembar
uang kertas,otak memikirkan cara membuat nyokap senyum setelah kepulangan
bokap,dan separuh hati hancur waktu gue melihat bokap dikuburkan,separuh nya lagi
masih terjaga karena ada Cinta disini.dan lebih bikin gue enggak bisa berkata
apa-apa,dia ikut bantuin gue ngegulung uang kertas itu,dan merangkul kepala
gue,dia bilang,”udah,jangan sedih-sedih terus,sekaran boleh sedih,ntar harus
bisa bikin orang ketawa lagi kayak dulu”.dan itu lah yang membuat dia beda dari
yang lain,ketulusan nya.
Dan moment itu enggak mau gue lewatin,diam-diam
gue kebelakang,alasan mau ngambil minum,padahal gue memoto dia yang lagi
ngegulungin uang kertas,satu foto sudah cukup buat mengabadikan,kalo gue senang
sempat punya pasangan kayak dia.
Dan,sampai saat ini foto itu masih ada di di
salah satu folder di notebook gue,Cuma gue yang tau.Cinta sekalipun enggak
pernah ngeliat moment terbaik yang pernah dia lakuin buat gue itu.karena cukup
gue yang tau,kalau dia pernah sayang sama gue,dunia cukup tutup mata dan enggak
ada kesempatan buat ngomentarin moment itu,cukup gue sendiri.
Di sosial media,gue juga sering mengupload
moment-moment yang menurut gue pasti bisa ulang lagi,buat moment yang enggak
bakal bisa gue ulang,sosial media bukan tempat yang cocok buat satu moment
terbaik,dengan orang yang terbaik.
Karena moment terbaik,adalah moment yang
enggak bakal bisa diulang,di putar lagi,dengan orang yang sama,baju yang
sama,tempat yang sama,dan perasa’an yang sama.karena ini kenangan,bukan kaset
yang bisa di tekan tombol rewind untuk
mendengarkan dan melihat tepat dibagian mana yang kita mau .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar