"Rumah sumpek! Orang rumah gak ada yang asik! Ceramah mulu!". Kata salah satu kontak di BBM gue malam ini.
Well, gue sendiri juga pernah merasa "home? Everybody in my house is wrong!". Pernah, dulu, dulu sekali.
3 tahun lalu, ketika gue masih kelas 2 SMK, gue sering banget berkegiatan diluar rumah. Banyak sekali kegiatan yang gue lakuin, dari latihan basket sampai ngumpul dirumah temen yang membuat gue lupa waktu.
Dan biasa nya, setelah gue pulang dari latihan atau ngumpul, karena biasa nya gue pulang larut malam. Nyokap dan bokap pagi nya sudah siap menceramahi gue. Dengan teguran nada tinggi. tentu saja, gue yang waktu itu sedang asyik dengan dunia yang gue kenal, otomatis gue selalu menyalahkan apa pun teguran nyokap atau bokap.
"Keluar sore! Pulang malam! Mau jadi apa ntar?!". Atau,"main lupa waktu! Gak usah pulang aja sekalian!". Rasa nya bila sudah mendengar ucapan-ucapan kayak gitu pengin sekali gue keluar dari rumah dan enggak balik-balik lagi.
Selalu ada sisi didalam diri gue yang membenarkan apa yang gue lakuin dulu, karena alasan nya simpel. Gue senang ngelakuin itu, dan itu membuat gue bahagia.
Mengenal dunia luar, berkumpul bersama teman sampai larut malam dan tertawa terbahak-bahak sampai lupa, lupa kalau ada yang menunggu dirumah, nyokap dan bokap yang siap memarahi gue.
Semua aktivitas gue diluar rumah semua berjalan menyenangkan, hingga suatu hari, titik balik dari semua nya.
Bokap, masuk rumah sakit dan berpulang. Disitu, gue hanya merasa sedih, ya, hanya sedih, bokap yang gue sayangi dan membesarkan gue udah gak ada lagi. Hanya sedih.
Hingga hari demi hari setelah kepulangan bokap gue sadar, gue gak hanya sedih sekarang. Gue hancur.
Orang yang biasa nya gue acuhkan teguran nya, tapi tetap mau mengangkat gue dari ruang tamu ke dalam kamar tidur ketika gue ketiduran malam hari, orang yang masih mau memberi uang jajan gue tiap hari padahal dia tau kalau uang itu gue habiskan buat beli sesuatu yang gak ada hasil nya, orang yang masih bisa nanyain,"ven? Udah makan? Beli makan dulu sana, ini uang nya". Saat dia masih terbaring lemas ketika sehabis operasi hernia.
Dan disitu gue sadar, betapa tulus nya kasih orang tua gue. Yang hanya bisa gue balas dengan,"orang rumah gak ada yang bisa ngerti'in! Aku benci mereka!". Waktu itu.
Sekarang, udah masuk tahun ketiga bokap berpulang, banyak hal yang dulu bokap bilang, tapi dulu enggak gue kerjain. Sekarang, gue turutin semua. Kenapa? Karena gue sadar, kehilangan seseorang itu baru terasa ketika kita sadar, betapa berarti nya orang itu untuk kita, untuk hidup kita.
Jadi buat kalian yang merasa dunia luar itu keren, iya emang keren.tapi, jangan lupa, kalau rumah adalah tempat terbaik untuk pulang. Karena hanya dirumah, ada dua orang yang selalu mengkhawatirkan kalian, ketika kalian terlalu asik melihat betapa keren nya dunia luar itu.
Sekarang, gue lebih suka menghabiskan waktu dirumah, dengan nyokap. Menonton serial tv yang nyokap gue suka padahal gue enggak. Menyempatkan makan berdua dengan nyokap, atau mengingatkan nyokap untuk tidur ketika nyokap terlalu asyik menonton tv hingga larut malam. Hanya itu yang sekarang bisa gue berikan ke nyokap, yang enggak sempat gue berikan ke bokap. Sekarang gue sadar. Dulu, mereka bukanlah memarahi, tapi menyayangi. Dulu, bokap membentak itu bukan karena dia kesal, hanya saja dia sedih, melihat anak laki-laki nya terlalu asik dengan dunia nya, dan enggak punya waktu untuk dia. Sekarang, gue yang harus bisa menyayangi nyokap, seperti yang mereka lakukan dulu ke gue waktu gue kecil.
Makasih Pi, sudah mengajarkan banyak hal. Sekarang, aku kangen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar