Baru aja kemarin
gue posting blog tentang rasisme yang pernah gue alami ketika masih sekolah
dulu, pagi ini baru masuk kerja dan gue iseng scroll timeline, gak sengaja liat
instastory nya kak @putrititian yang bercerita tentang ada nya kasus bullying
LAGI di tanah air kita tercinta Indonesia.
source instagram nya kak @putrititian
Pertama, gue emang
bukan siapa-siapa, apa lagi ahli di bidang ini. Ini adalah opini gue terhadap
kasus bullying yang terjadi belakangan ini. Gimana bisa mereka yang notabene
nya masih anak kecil bisa melakukan kekerasan kepada teman nya sendiri. Jawaban
nya menurut gue adalah, kurang nya perhatian dari orang tua atau guru mereka.
Kenapa gue bisa
bilang begitu? Karena pada zaman sekarang, kebanyakan anak-anak kecil akan
melakukan apa yang sering mereka lihat, atau sering mereka rasakan. Apa yang
mereka lihat? Youtube? Instagram? Iya! Banyak platform sosial media yang sangat
mudah di akses sekarang. Hanya dengan sentuhan jari mereka bisa mengakses apa
saja yang mereka mau. Di Youtube, banyak vidio yang seharus nya belum pantas
mereka tonton,di platform lain nya? Kurang lebih sama.
Disini gue bukan
menyalahkan anak kecil nya ataupun platform nya, tapi kurang nya perhatian dari
orang terdekat mereka lah yang membuat mereka “bebas”. Sebenarnya platform-platform
seperti Youtube, Instagram, Twitter, akan menjadi tempat yang sangat bagus
untuk menambah ilmu, mencari hiburan, atau mengekspresikan diri. Dengan ada nya
kontrol dari orang tua, platform itu akan sangat berguna bagi mereka.
Disini gue mengambil
contoh, anak om gue sendiri nama nya Hansen, yang dari umur 2 tahun sudah
diberi i-Pad oleh orang tua nya. Sejak umur 2 tahun dia sudah terbiasa dengan
apa yang namanya Youtube dan internet. And now, hansen sudah berumur 8 Tahun,
lancar berbahasa inggris, dan sedikit bisa bahasa China. Dan hebat nya lagi,
dia bisa belajar piano secara otodidak. Hanya dari Youtube. Iya, hanya dari
Youtube. How can?
Itulah perbedaan
kebanyakan orang tua sekarang, ada yang memberi anak mereka teknologi tanpa
membatasi mereka dengan apa yang mereka tonton. Dan ada orang tua yang memberi
teknologi kepada anak nya karena takut anak nya rewel. Tanpa adanya bimbingan
kemana sebaik nya teknologi itu mereka gunakan.
Kasus Bullying ini
bakalan berkurang, atau malah berulang kalau orang tua mereka tidak tau cara mendidik anak mereka, bukan
dengan kekerasan, tapi dengan pemahaman. If
you teach your child with violence, they will do same shit. Karena mereka
masih dalam tahap belajar dan mengamati. Jika kalian sering memberikan dan
memperlihatkan kekerasan, itulah yang akan mereka lakukan. Entah karena alasan
senang, atau terlihat keren.
Mungkin gue salah,
bisa diberi kritik bila memang gue salah. Tapi, gue adalah salah satu orang
yang juga pernah merasakan Bullying dengan rasisme. Dan gue belajar, kedua nya
itu tidak ada kebaikan di dalam nya. Hal buruk yang bisa terjadi dari korban
bullying, mereka akan merasa tidak percaya diri. Mental block atau trauma juga
sering terjadi akibat pengalaman bullying yang pernah mereka alami. Ada manfaat
nya bullying? Nope.
Dan melihat
postingan kak @putrititian di instagram story nya, membuat gue bertanya. Berapa
banyak orang tua yang akan khawatir dengan pertumbuhan anak mereka di zaman ini?
Berapa banyak anak lagi yang harus mengalami bullying agar kita sadar dengan
betapa buruk nya pendidikan anak di Indonesia kita tercinta? CMIIW.
BONUS : dont watch it if you under 18+
source instagram @infoanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar