Minggu, 23 Juni 2013

Cinta Anak Monyet (part 2)



  Semakin lama memperhatikan Gaby,semakin lama juga gue membuang waktu hanya sekadar melihat nya.dari awal masuk ke kelas ini sampai sekarang sudah hampir 3 bulan satu kelas,gue belum pernah sekali pun bicara langsung sama dia.mungkin alasan terbesar gue adalah malu,malu akan kemalasan gue,malu akan bicara langsung sama dia,malu kalau dia tau gue pernah boker di toilet sekolah dan poops nya enggak gue siram,semua bisa terwakil kan dengan kata malu.

  Hari itu,sedang ada kakak-kakak yang sedang berkunjung ke sekolah ini.kegiatan nya memperkenal kan kerajinan tangan dari kulit telur.ada 3 orang cewek dan 2 orang cowok,semua seperti nya anak kuliahan,dari muka nya sih salah satu cowok bisa disebut sebagai anak kuliah 80’an.muka nya terlihat paling “Lama” di antara kakak-kakak yang lain.

   Gaby yang memang suka dengan kerajinan tangan,apa lagi bisa dibuat warna-warni sangat antusias dengan penjelasan dan praktik dari kakak-kakak itu,seperti biasa,dia selalu fokus dengan sesuatu yang sedang dijelaskan dan juga disukai nya.


  Di tengah-tengah penjelasan dari kakak-kakak itu,salah satu dari mereka membagikan kulit telur yang isi nya sudah dibuang.satu anak mendapat satu plastik kecil manik-manik,kain perca,benang wol,dan lem kayu.mereka menyuruh gue dan murid yang lain nya menghias kulit telur itu seperti yang dicontohkan untuk membuat rambut,mata,dan baju dari bahan yang sudah diberikan sebelum nya.kalau untuk gue sendiri,andai aja mereka enggak ngebuang isi telur nya,gue bisa ke kantin sebentar dan ngegoreng telur-telur itu,lumayan sehari uang jajan enggak berkurang,sebagai anak dari pemilik sebuah toko,gue harus tetap menjunjung tinggi semboyan nyokap.bila ada yang gratisan kenapa harus beli,yang penting halal.enak atau enggak itu nomor dua.semboyan yang absurd emang.

  Gue yang emang enggak begitu suka dengan kerajinan tangan sedikit kesulitan waktu harus memasang kan manik,kain perca,dan benang wol seperti contoh dari kakak-kakak tadi,tapi enggak dengan Gaby,dia sudah hampir selesai dengan kulit telur nya,warna nya pun serasi,enggak kayak punya gue,yang rambut nya warna hijau campur kuning,mata nya bentuk segitiga enggak sama sisi,baju nya kayak baju yang baru mau dibeli ditoko,enggak sempat dibeli toko nya kebakaran.semua hiasan yang gue buat terlihat aneh,Cuma gue di kelas ini yang menghias telur mengandal kan insting,yang lain mengandalkan seni.

“dek,sudah selesai telur nya ?”,kata salah satu dari kakak-kakak itu,dia memakai rok panjang,hampir menyentuh lantai,kerudung nya pun agak mulai basah terkena keringat.memakai kaca mata yang besar menyita separuh dari bagian wajah nya.

Gue nunjukin hasil telur gue,”ini ..”,gue menaruh telur itu disamping meja.

  Dan akhir nya,dia tertawa.ketawa nya cukup keras,hampir setengah kelas dapat mendengar suara ketawa nya itu,yang sekaligus membuat gue agak malu dengan hasil karya aneh milik gue sendiri.

   Sambil menahan tertawa,kakak itu mengangkat dan melihat telur gue lebih dekat,”ini lucu dek .. ini lucu …”,kemudian dia tertawa lagi,lalu kembali ke kelompok nya dengan menutup mulut,menahan tawa yang kayak nya masih tersisa di dalam mulut nya itu.

Tapi itu membuat Gaby yang duduk didepan,menoleh ke arah gue yang mendengar kakak tadi tertawa setelah berjalan dari arah belakang kelas,dan dia menoleh karena keanehan gue,dan gue senang akan itu.

  Pernah satu kali gue di tegur duluan sama Gaby,waktu istirahat di kantin,dia belum mesan makanan,sedangkan gue di depan nya,sedang membayar satu bungkus jelly yang baru saja gue makan dengan sekali suapan.

“ven,misi,aku mau mesan”,kata Gaby,kali itu dia memakai bando warna kuning polos.sangat cocok untuk muka nya nya berbentuk oval,menambah kesan imut di wajah nya.berbanding terbalik dengan gue yang punya bentuk muka abstrak,hampir enggak ada bentuk nya.

  Gue menoleh ke belakang,kalo di sinetron,kamera nya pan ke kanan secara pelan,lalu terlihat sosok Gaby.effect-effect vidio pun mulai terlihat,muka nya bercahaya,rambut nya seperti mau loncat kesana kemari,mata nya kerlap-kerlip.lalu tiba-tiba semua kembali normal.tersadarkan panggilan Gaby.

“ven misi …”,kata nya lagi,melihat gue bengong noleh ke belakang.

“oh .. iya .. nih ..”,tersadar panggilan Gaby,gue agak ke kanan,merapat ke dinding supaya Gaby bisa lewat.

Hari itu,kali pertama gue di sapa dia duluan,walau pun enggak terlalu romantis,setidak nya itu bisa membuat memori baru di otak gue yang udah sempit ini.

   Kalo kata orang,cinta yang ditemuin waktu SMP atau SMA itu cinta monyet,kalau Gaby,mungkin adalah cinta anak monyet gue,kecil tapi penuh dengan kepolosan dan tidak ada yang dibuat-buat.tidak ada kebohongan,enggak ada saling menyakiti.semua hanya didasari dengan kata “suka”.

Tidak ada komentar: