Semakin lama
memperhatikan Gaby,semakin lama juga gue membuang waktu hanya sekadar melihat
nya.dari awal masuk ke kelas ini sampai sekarang sudah hampir 3 bulan satu
kelas,gue belum pernah sekali pun bicara langsung sama dia.mungkin alasan
terbesar gue adalah malu,malu akan kemalasan gue,malu akan bicara langsung sama
dia,malu kalau dia tau gue pernah boker di toilet sekolah dan poops nya enggak
gue siram,semua bisa terwakil kan dengan kata malu.
Hari itu,sedang
ada kakak-kakak yang sedang berkunjung ke sekolah ini.kegiatan nya memperkenal
kan kerajinan tangan dari kulit telur.ada 3 orang cewek dan 2 orang cowok,semua
seperti nya anak kuliahan,dari muka nya sih salah satu cowok bisa disebut
sebagai anak kuliah 80’an.muka nya terlihat paling “Lama” di antara kakak-kakak
yang lain.
Gaby yang
memang suka dengan kerajinan tangan,apa lagi bisa dibuat warna-warni sangat
antusias dengan penjelasan dan praktik dari kakak-kakak itu,seperti biasa,dia
selalu fokus dengan sesuatu yang sedang dijelaskan dan juga disukai nya.
Di
tengah-tengah penjelasan dari kakak-kakak itu,salah satu dari mereka membagikan
kulit telur yang isi nya sudah dibuang.satu anak mendapat satu plastik kecil
manik-manik,kain perca,benang wol,dan lem kayu.mereka menyuruh gue dan murid
yang lain nya menghias kulit telur itu seperti yang dicontohkan untuk membuat
rambut,mata,dan baju dari bahan yang sudah diberikan sebelum nya.kalau untuk
gue sendiri,andai aja mereka enggak ngebuang isi telur nya,gue bisa ke kantin
sebentar dan ngegoreng telur-telur itu,lumayan sehari uang jajan enggak
berkurang,sebagai anak dari pemilik sebuah toko,gue harus tetap menjunjung
tinggi semboyan nyokap.bila ada yang
gratisan kenapa harus beli,yang penting halal.enak atau enggak itu nomor dua.semboyan
yang absurd emang.
Gue yang
emang enggak begitu suka dengan kerajinan tangan sedikit kesulitan waktu harus
memasang kan manik,kain perca,dan benang wol seperti contoh dari kakak-kakak
tadi,tapi enggak dengan Gaby,dia sudah hampir selesai dengan kulit telur
nya,warna nya pun serasi,enggak kayak punya gue,yang rambut nya warna hijau
campur kuning,mata nya bentuk segitiga enggak sama sisi,baju nya kayak baju
yang baru mau dibeli ditoko,enggak sempat dibeli toko nya kebakaran.semua
hiasan yang gue buat terlihat aneh,Cuma gue di kelas ini yang menghias telur
mengandal kan insting,yang lain mengandalkan seni.
“dek,sudah selesai telur nya ?”,kata salah satu dari
kakak-kakak itu,dia memakai rok panjang,hampir menyentuh lantai,kerudung nya
pun agak mulai basah terkena keringat.memakai kaca mata yang besar menyita
separuh dari bagian wajah nya.
Gue nunjukin hasil telur gue,”ini ..”,gue menaruh
telur itu disamping meja.
Dan akhir
nya,dia tertawa.ketawa nya cukup keras,hampir setengah kelas dapat mendengar suara
ketawa nya itu,yang sekaligus membuat gue agak malu dengan hasil karya aneh
milik gue sendiri.
Sambil menahan
tertawa,kakak itu mengangkat dan melihat telur gue lebih dekat,”ini lucu dek ..
ini lucu …”,kemudian dia tertawa lagi,lalu kembali ke kelompok nya dengan
menutup mulut,menahan tawa yang kayak nya masih tersisa di dalam mulut nya itu.
Tapi itu membuat Gaby yang duduk didepan,menoleh ke arah
gue yang mendengar kakak tadi tertawa setelah berjalan dari arah belakang kelas,dan
dia menoleh karena keanehan gue,dan gue senang akan itu.
Pernah satu
kali gue di tegur duluan sama Gaby,waktu istirahat di kantin,dia belum mesan
makanan,sedangkan gue di depan nya,sedang membayar satu bungkus jelly yang baru
saja gue makan dengan sekali suapan.
“ven,misi,aku mau mesan”,kata Gaby,kali itu dia
memakai bando warna kuning polos.sangat cocok untuk muka nya nya berbentuk oval,menambah
kesan imut di wajah nya.berbanding terbalik dengan gue yang punya bentuk muka abstrak,hampir
enggak ada bentuk nya.
Gue menoleh
ke belakang,kalo di sinetron,kamera nya pan
ke kanan secara pelan,lalu terlihat sosok Gaby.effect-effect vidio pun mulai terlihat,muka nya bercahaya,rambut
nya seperti mau loncat kesana kemari,mata nya kerlap-kerlip.lalu tiba-tiba
semua kembali normal.tersadarkan panggilan Gaby.
“ven misi …”,kata nya lagi,melihat gue bengong noleh
ke belakang.
“oh .. iya .. nih ..”,tersadar panggilan Gaby,gue
agak ke kanan,merapat ke dinding supaya Gaby bisa lewat.
Hari itu,kali pertama gue di sapa dia duluan,walau pun
enggak terlalu romantis,setidak nya itu bisa membuat memori baru di otak gue
yang udah sempit ini.
Kalo kata
orang,cinta yang ditemuin waktu SMP atau SMA itu cinta monyet,kalau
Gaby,mungkin adalah cinta anak monyet gue,kecil tapi penuh dengan kepolosan dan
tidak ada yang dibuat-buat.tidak ada kebohongan,enggak ada saling
menyakiti.semua hanya didasari dengan kata “suka”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar