Selasa, 12 Mei 2015

Di Jogjakarta, Kami Bersaudara.


 
      Apa sih definisi sahabat menurut kalian? Seorang teman baik yang rela berkorban untuk kalian? Atau seseorang yang selalu ada di saat kalian butuhkan?

     Kali ini, gue akan bercerita tentang bagaimana gue menemukan orang-orang yang sangat pantas gue sebut sebagai sahabat, bahkan saudara. Orang-orang yang membuat gue sangat menghargai apa arti dari sebuah persahabatan. Arti sebuah pertemanan.


  3 Agustus 2012.

    Berawal di sekolah gue, SMKN 1 Martapura. Kala itu, pihak sekolah akan mengadakan kegiatan PKL bagi anak-anak kelas 11 yang memang sudah dijadwalkan akan mulai dilaksanakan pada tanggal 1 September 2012 sampai 2 Bulan kedepan.

    “gimana? Udah ketemu tempat magang yang cocok? Son?” tanya gue, disela jam pelajaran di kelas.

   “emmmmh, udah sih, tapi masih ragu, aku mau di Jogja PKL nya” jawab Welson.

   Iya, Sekolah gue memang juga memberikan pilihan untuk para siswa-siswi nya yang mau dan ingin melaksanakan PKL di kota Jogjakarta. Gue? Tentu saja mau. Sangat malah. Kendala nya cuma satu. Gue juga masih ragu, seperti Welson juga. Apakah disana akan lebih menarik daripada disini? Apakah Ilmu disana lebih banyak daripada disini?


   Sore itu langit Banjarmasin memerah. Gue, Welson, dan Irwin sudah berada di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Ya, setelah memikirkan dengan matang. Ditambah Irwin teman gue dan Welson dikelas juga ikut. Akhir nya, gue pun memutuskan untuk ikut dan melaksanakan kegiatan PKL di Jogjakarta.

   Sekitar satu jam dalam penerbangan yang gue habiskan untuk tidur. Sampai lah kami di Bandara Juanda Surabaya. Oh iya, kami semua berangkat Delapan orang. Gue, Welson, Irwin, Nisa, Nanik, Irwan, Kintan dan satu Guru pembimbing yang akan mengantarkan kami ke tempat tinggal kami di Jogja nanti.

   Tepat pukul 6 pagi, kami semua sudah berada di depan kost yang rencana nya akan kami tinggali selama kegiatan PKL disini berlangsung.

   Semua berjalan lancar, satu bulan pertama kami merasa menikmati kegiatan PKL disini yang lebih mengarah seperti belajar, bukan bekerja. Banyak projek yang dipercayakan kepada kami, salah satu nya adalah Festival Seni Internasional PPPPTK Jogjakarta.

  Masuk bulan kedua, kami semua mendapat jatah libur 4 hari setelah Festival selesai. Dari sini semua dimulai.

   Hari pertama, gue, Welson, Irwin dan Irwan memutuskan untuk ke Malioboro. Dengan menyewa motor dari pemilik kost seharga 10 ribu rupiah untuk satu jam nya, kami pun menikmati Indah nya Malioboro hari itu.

  Setiba nya kami disana, mata gue pun menjelajah seluruh Malioboro. Dimulai dari para pedagang khas Malioboro yang menjajakan oleh-oleh khas kota Jogja. Pertunjukan Musik perkusi di salah satu bagian jalan, dan Delman yang berjejer di pinggir jalan, yang siap mengantarkan para turis berkeliling Malioboro. Irwin, dia sibuk sendiri dengan kamera nya. mengambil foto demi foto yang memang menjadi hobi nya itu. sedangkan gue, Welson, dan Irwan berkeliling menikmati Indah nya Malioboro pada malam hari.

   Hiruk pikuk Malioboro seolah menenggelamkan kami berempat, sebuah refreshing yang sangat menyenangkan malam ini.

   Sebagai penutup, Dibagian ujung jalan, ada satu pedagang Es Duren yang seperti nya cocok untuk menemani malam ini. Satu mangkuk es duren dan oleh-oleh seperti baju, blankon, dan satu yang paling gue suka, wayang kayu yang gue beli seharga 25 ribu rupiah. Harga yang murah untuk sebuah oleh-oleh.

   Malam itu, kamar kost kami pun penuh dengan Oleh-oleh. Malioboro, sukses membuat kami tidur dengan rasa capek yang membuat kami ingin kembali lagi kesana, suatu saat nanti.

   Hari kedua, pagi hari nya pun kami berempat sudah kembali siap menjelajahi tempat wisata disekitar kota Jogja. Kali ini, pilihan kami jatuh ke Candi Borobudur. Candi yang sempat masuk ke dalam Tujuh Keajaiban Dunia ini akan menjadi tempat liburan kami selanjut nya.

  Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Kaliurang, kami pun sampai di pintu masuk Candi Borobudur. Setelah membeli tiket seharga 25 ribu rupiah, kami pun masuk ke kawasan Candi. Dihalaman depan, gue dan yang lain nya dapat menemukan pedagang oleh-oleh yang tersusun rapi menempati lapak-lapak yang seperti nya memang disediakan oleh pengelola. Membuat kesan nyaman, dan tertib.

    Sebelum masuk ke Area Candi, kami diwajibkan memakai kain batik yang di gunakan sebagai penghormatan kepada umat Buddha.

   Di Area Candi, kami berempat pun mengambil foto sebagai kenang-kenangan yang mungkin nanti akan dirindukan. Tapi, sayang nya. pada saat kami berkunjung kesini, candi masih dalam proses perbaikan akibat erupsi merapi yang sempat melanda kota Jogja pada 2010 silam. Tapi, semua itu tidak menghalangi keindahan Candi umat Buddha ini. Dan gue sendiri yang beragama Buddha, merasa melakukan wisata religi yang membuat gue lebih tenang saat berada disana.

    Setelah puas mengelilingi Candi, kami pun beralih ke Musium Karmawibangga. Disini, gue berkeliling tanpa minta difoto. Entah kenapa, disini gue merasa tidak enak kalau difoto. Berbeda dengan Irwin, yang terus menerus mengatur fokus lensa dan memotret seluruh objek yang ada disini, emang, maniak fotographi .

   Beralih lagi, gue dan yang lain pun mulai kelaparan. Jam sudah menunjukan pukul 1 siang, berjalan sekitar 400 meter ke arah gerbang depan. Kami pun bisa melampiaskan rasa lapar kami dengan kuliner khas disini.

   Apalagi kalau bukan gudeg? Kami berempat langsung memesan porsi gudeg yang memang belum sempat kami cicipi. Maklum, anak kost. Biasa nya makan mie instan.

   Lapar pun sudah teratasi dengan seporsi gudeg dengan rasa manis yang masih tertinggal hingga kami sampai kembali ke kamar kost yang sudah siap mengisi ulang tenaga kami untuk besok. Parangtritis, tunggu kami.

   Badan menggigil, mata panas, dan lesu. Pagi yang buruk buat gue, alamat pagi ini rencana mau ke Parang Tritis gagal. Dan benar saja, sampai jam 10 pagi badan gue masih enggak enak. Welson, Irwin, dan Irwan pun mengurungkan niat mereka menikmati pantai yang menurut mitos, bila kita kesana tidak boleh memakai pakian berwarna hijau. Gagal deh gue pake kostum Hulk kesana.

   Lelap tertidur, gue bangun sekitar pukul 5 sore. 6 jam tertidur pulas ternyata ampuh membuat tubuh gue enakan. Tapi, enggak mungkin malam-malam gini gue dan yang lain berangkat ke Parangtritis kan? Apa lagi kalau pakai kostum Hulk.

   31 Oktober 2012.

   Memang ya, kalau ada pertemuan itu pasti ada perpisahan. Seperti hari ini, gue dan kawan-kawan dari Jogjakarta harus berpisah. Berpisah dari orang-orang sekitar kost yang ramah sekali kepada kami. Dan berpisah dengan para Guru kami disini. Dua bulan bukan waktu yang sebentar menurut gue untuk menemukan teman-teman baru.

   Dan selama Dua bulan disini, gue jadi ngerti arti dari sahabat itu. dan apa arti dari sebuah pertemanan.

   Sahabat adalah teman sekaligus saudara dan sekaligus guru. Mereka bisa menjadi teman bermain, teman bersenang-senang, dan juga bisa menjadi pembimbing kita. Disaat terendah pun mereka tidak akan meninggalkan kita. pada saat gue sakit dan enggak bisa berangkat ke parangtritis contoh nya. kalau hanya sekadar teman, mereka pasti akan pergi bersenang-senang dan meninggalkan gue yang lagi sakit di dalam kamar kost. Tapi gue tau, mereka sahabat gue. Orang-orang yang bisa gue percaya.

   Terkadang, sahabat juga perlu perselisihan. Seperti gue dan Welson yang sempat perang dingin beberapa hari dikamar kost dan enggak mau saling tegur sapa. karena masalah yang sepele sebenarnya. Tapi, dari situ juga gue tau rasa indah nya memaafkan dan meminta maaf.

   Dan liburan ketempat-tempat Indah seperti Malioboro dan Candi Borobudur kemarin. Menurut gue enggak akan sama bila tanpa mereka. Mereka yang apa ada nya. kegilaan ketika gue mencoba memanjat batu di Candi Borobudur padahal gue tau itu dilarang. Naik motor dari Kaliurang ke Magelang tanpa punya SIM. Dan kebodohan Irwan yang kebelet pipis dan numpang pipis di toilet perempuan yang berhasil membuat gue ketawa sambil garuk-garuk dinding.

   Tanpa kalian petualangan dikota ini enggak akan menyenangkan seperti ini. Di Jogjakarta, kita bersaudara. Kami bersaudara. Di Kota ini kami Berempat belajar bersama dengan bumbu wisata yang tidak akan pernah gue lupakan selama nya.

   Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan Nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis .



   

Tidak ada komentar: