Selasa, 03 Maret 2015

Aroma Kopi Itu






    Minggu siang,di sebuah café di tengah kota Banjarmasin.

       Deru suara mobil dan motor yang saling beradu, hembusan angin berhembus pelan, sudah tidak lagi terasa sejuk nya, menahan Riska di bangku café sejak pukul sebelas siang tadi. secangkir latte hangat dan sepiring kentang goreng menemani nya. disekeliling, banyak juga pelanggan lain nya, yang kebanyakan juga seumuran dengan Riska. Ada juga beberapa yang memakai pakaian dinas, memang, sekarang adalah jam istirahat untuk para pagawai dinas pada umum nya.

    Remaja yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas ini terlihat manis hari itu, memakai baju kaos oblong berwarna putih dengan corak paris di depan nya, kaca mata frame kecil yang membuat mata sipit nya semakin menarik untuk dipandangi lebih lama lagi. di kaki nya, terpasang mantap sepasang converse yang sudah agak usang, ditambah lagi celana jeans selutut berwarna hitam, ”ah,memang.dia selalu cantik”, kata Dimas, seseorang yang sudah menaruh hati pada nya sejak pertama kali Riska memesan latte yang sama di café ini. dan tepat disamping nya ada Dimas, yang waktu itu adalah Kakak kelas Riska, atau lebih tepat nya bekas kakak kelas Riska.

    Pertengahan Juli 2 Tahun lalu, memasuki Tahun ajaran baru, SMAN 1 Banjarmasin.

     Aroma cat dari dinding-dinding kelas yang baru di renovasi menerobos masuk ke dalam hidung, sangat pekat, memaksa beberapa murid baru, menahan aroma ini, ada juga beberapa yang menutup hidung.

  Dari pukul 7 pagi tadi, mereka sengaja dikumpulkan di lapangan untuk menghadiri acara pembuka’an MOS hari pertama disekolah itu. Beberapa murid baru, ada yang tidak hadir karena banyak murid baru adalah pindahan dari luar Kalimantan, seperti Riska.



   Pagi itu, Riska terlihat tidak nyaman. sepatu hitam, seragam putih-abu dan dasi yang mengikat kuat dileher nya semakin membuat mood nya rusak pagi ini. sempat terlintas dipikiran nya. ”daripada dipanggang seperti ini, rasa nya akan lebih baik memesan satu cangkir latte” kata nya. tapi niat itu dia urungkan.

   Ini kali ketiga Riska dan keluarga nya pindah rumah. rumah pertama nya ada di Jakarta, lebih tepat nya lagi di daerah Kelapa Gading. Yang ke dua, dia dan keluarga nya pindah ke Bandung, dan yang ketiga disini, di kota Banjarmasin. dan dia berharap ini kali terakhir nya dia pindah rumah. berpindah-pindah tempat tinggal selalu membuat nya tidak nyaman, selain harus membaur dengan lingkungan baru, dan suasana baru. sewaktu di Jakarta, dia pindah sa’at masih duduk dikelas 2 SMP, dan kelas 3 nya dia harus pindah sekolah di Bandung, sungguh tidak nyaman kehilangan teman-teman, dan mengganti mereka dengan teman baru yang belum tentu cocok.

   Langkah Riska malas, menuju ke lapangan upacara, mata nya mengukur setiap langkah kaki ke arah lapangan yang sudah di penuhi oleh siswa-siswi lain yang terlihat cukup rapi. tak lama setelah itu, dia sudah berada ditengah-tengah lapangan upacara, diatas langit siang Banjarmasin yang memberi salam terlalu hangat siang ini.

   “Selamat siang anak-anak yang kami cintai, selamat datang disekolah ini, di SMAN 1 Banjarmsin……”, selebih nya Riska malas memperhatikan, konsentrasi nya lebih teralih ke cafe pertama yang dia kunjungi di Banjarmasin itu, ketika dia baru pindah dari Bandung. Hari yang sial untuk nya pagi ini.

  Sa’at pertama kali Riska ke cafe yang bernama “Titon’s Coffee” adalah saat Riska merasa bosan dirumah baru nya, membersihkan kamar seharian, sungguh melelahkan buat nya, dan setelah mencari tau bia internet, Riska memilih untuk ke Titon’s Coffee, karena dekat dengan lokasi rumah Riska sekarang. Dan betul saja, café itu membuat Riska bisa melepas lelah setelah harus membersihkan kamar baru nya di daerah Pecinan.

    Kesan pertama yang Riska dapat waktu pertama kali masuk ke dalam café ini. harum, banyak aroma kopi dimana-mana, sangat nyaman. Waktu itu, mata nya menjelajah seisi ruangan, kursi dan meja kecil dengan gaya klasik, dinding café yang dihiasi wallpaper bermotif bunga berwarna gelap. Coretan siluet dalam kanvas berwarna coklat, beberapa lukisan dan hiasan terpajang rapi di sudut-sudut café. membuat dia merasa, ini akan menjadi tempat favorit nya Di Banjarmasin.

    Riska duduk di meja nomor 28, tepat disamping meja Barista. Tak lama setelah Riska menjatuhkan diri nya diatas kursi kayu berwarna coklat muda, dan menaruh tas ransel nya di samping kursi, seorang waiter datang membawa menu kearah Riska, sebuah note kecil dan pulpen terselip di kantong celana nya yang berwarna hitam itu.

“ada yang mau di pesan kak”, tanya waiter itu, sembari meletakan menu di atas meja kecil. senyum nya ramah, tentu saja, tidak ada seorang waiter yang tidak ramah kepada pelanggan nya.

   Jemari Riska membalik-balik lembaran menu, di bagian makanan, tidak ada satu pun yang ingin dia pesan, perut nya masih terasa kenyang dengan satu paket ayam goreng yang dibawakan Ayah nya tadi tidak lama setelah mereka sampai dirumah baru nya.

latte aja satu mas”, kata nya, menjatuhkan pilihan,”oh iya, jangan terlalu manis”

Waiter dengan cepat menulis pesanan Riska, ”ada tambahan lain kak? Red velvet nya mungkin?”

“enggak, itu aja” jawab Riska seadanya, senyum tipis Riska yang cukup untuk mengantarkan waiter itu kembali ke meja nya.

   Bunyi telpon bordering dari dalam tas Riska memecahkan lamunan nya, Tangan Riska respon mengambil handphone nya itu dari dalam tas ransel berwarna coklat. mata nya terfokus waktu melihat kontak yang menelepon nya. jari nya pun langsung menggeser layar, mengangkat telpon dari Ayah nya.

“iya”, jawab Riska, dengan nada sedikit mengeluh.

“kamu dimana? Baru dua jam disini kamu sudah keluyuran?”, tanya Ayah Riska, khawatir, tapi dengan nada yang cukup tinggi.

“di café, deket kok sama rumah, bentar lagi juga pulang”, kata nya, berdusta. Tentu saja Riska ingin lebih lama ditempat ini, dari pada dirumah baru nya.

“jangan lama-lama, hati-hati, kamu baru aja sampai disini, papa enggak mau ditelpon orang yang minta tebusan”, gertak Ayah Riska.

Tut.. tut... tut…

   Telepon itu langsung diputuskan Riska, Ayah nya memang terlalu menahan anak nya yang satu ini. wajar saja, Riska adalah anak perempuan, walau pun sikap nya tomboy, Ayah nya tidak pernah membiarkan Riska diluar rumah lewat dari jam malam, tapi sering juga Riska malah tidak pulang sama sekali, dia lebih suka diluar rumah, dia bisa menghabiskan satu malam penuh dirumah teman nya. itu lebih baik dari pada dirumah yang sunyi, pikirnya. pekerja’an, itulah alasan utama Ayah dan Ibu nya untuk meninggalkan Riska sendirian, dia sangat benci itu. Ditinggalkan dengan alasan “pekerja’an“. Menyebalkan sekali.

   Dibalik semua kenakalan nya, Riska adalah seorang anak remaja yang manis, tubuh mungil, kulit putih dengan mata sipit, sudah lebih dari cukup untuk membuat seorang laki-laki tertarik kepada nya. dan orang itu adalah Dimas, yang kebetulan juga sedang menikmati sepotong red velvet. yang ditawarkan waiter tadi kepada Riska.

   Dari tadi, Riska tidak sadar, ada seseorang yang memperhatikan dia sejak tadi, Riska terlalu larut dalam tiap bait lagu yang didengarkan nya lewat earpod tepat setelah dia menutup telpon dari Ayah nya.


Oh his eyes, his eyes
Make the stars look like they're not shining
His hair, his hair
Falls perfectly without him trying

He's so wonderful
And I tell him everyday

Yeah I know, I know
When I compliment him
He wont believe me
And its so, its so
Sad to think he don't see what I see

But every time I ask him do I look okay
I say

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause boy you're amazing
Just the way you are

Oh you know, you know, you know
Id never ask you to change
If perfect is what you're searchin for
Then just stay the same

So don't even bother asking
If you look okay
You know I say

When I see your face
There's not a thing that I would change
because you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for a while
Cause boy you're amazing
Just the way you are

The way you are
The way you are
Boy you're amazing
Just the way you are

When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause boy you're amazing
Just the way you are

Yeaah.



     Sebuah lagu cukup untuk menerjemahkan perasa’an Riska kali ini, Hati nya tertinggal pada seseorang di kota sebelum nya, Bandung. tentu saja, lagu ini punya arti tersendiri dalam hubungan nya yang terpaksa putus sejak Riska pindah ke Banjarmasin.

    Dimas, mata nya tidak pernah beralih dari Riska. sejak Riska masuk dan duduk tepat satu meja di depan nya. penasaran, terpukau, dan jatuh hati. itu lah yang dia rasakan saat mata nya mengirimkan sinyal manis saat melihat Riska, aku mau tau siapa nama nya. Kata Dimas, dalam hati.

    Tapi, 2 Tahun berlalu, sejak Dimas kenal nama nya, Riska Ananda Putri, dan hubungan mereka hanya sampai sebatas teman, Cuma teman, tidak pernah lebih dari itu. ketakutan, itu lah yang di rasakan Dimas sejak tau nama dan semua tentang Riska, semakin dia mengetahui semua tentang Riska, dia semakin takut, takut semakin jatuh hati dan bila suatu saat dia memiliki Riska,  hal itu akan lebih membuat hati nya takut kehilangan Riska, seperti ini lebih baik pikir nya, menjaga tanpa harus memiliki, mecintai tanpai harus dicintai, mengagumi tanpa harus diketahui. Menjadi sahabat Riska, adalah cara terbaik Dimas menyalurkan kasih sayang nya kepada Riska.

    Terkadang, hati terlalu lemah untuk memiliki cinta sebenar nya, bukan karena dia tidak kuat, tapi karena hati selalu takut kehilangan pada saat dia sadar sudah menemukan cinta sejati nya.

   Didalam kamar, Dimas merasa senang, wanita puja’an nya, Riska, hari ini sudah lulus dari SMAN 1 Banjarmasin, perasa’an senang, dan sedih bercampur membuat mata Dimas hampir menjatuhkan air mata. mencoba menghilangkan rasa sedih yang mengalahkan rasa senang nya hari itu, Dimas memutar lagu di playlist handphone-nya. lagu yang pertama kali Riska dengarkan di Titon’s Coffee. sayang nya Dimas masih terlalu takut untuk mengatakan, kalau dia jatuh cinta kepada Riska.

There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are…….

Tidak ada komentar: