Minggu
siang,di sebuah café di tengah kota Banjarmasin.
Deru suara mobil dan motor yang saling
beradu, hembusan angin berhembus pelan, sudah tidak lagi terasa sejuk nya, menahan
Riska di bangku café sejak pukul
sebelas siang tadi. secangkir latte
hangat dan sepiring kentang goreng menemani nya. disekeliling, banyak juga
pelanggan lain nya, yang kebanyakan juga seumuran dengan Riska. Ada juga beberapa
yang memakai pakaian dinas, memang, sekarang adalah jam istirahat untuk para
pagawai dinas pada umum nya.
Remaja yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah
Atas ini terlihat manis hari itu, memakai baju kaos oblong berwarna putih
dengan corak paris di depan nya, kaca mata frame kecil yang membuat mata sipit
nya semakin menarik untuk dipandangi lebih lama lagi. di kaki nya, terpasang
mantap sepasang converse yang sudah agak usang, ditambah lagi celana jeans
selutut berwarna hitam, ”ah,memang.dia selalu cantik”, kata Dimas, seseorang
yang sudah menaruh hati pada nya sejak pertama kali Riska memesan latte yang sama di café ini. dan tepat disamping nya ada Dimas, yang waktu itu adalah
Kakak kelas Riska, atau lebih tepat nya bekas kakak kelas Riska.
Pertengahan
Juli 2 Tahun lalu, memasuki Tahun ajaran baru, SMAN 1 Banjarmasin.
Aroma cat dari dinding-dinding kelas yang
baru di renovasi menerobos masuk ke dalam hidung, sangat pekat, memaksa
beberapa murid baru, menahan aroma ini, ada juga beberapa yang menutup hidung.
Dari pukul 7 pagi tadi, mereka sengaja dikumpulkan
di lapangan untuk menghadiri acara pembuka’an MOS hari pertama disekolah itu. Beberapa
murid baru, ada yang tidak hadir karena banyak murid baru adalah pindahan dari
luar Kalimantan, seperti Riska.
Pagi itu, Riska terlihat tidak nyaman. sepatu
hitam, seragam putih-abu dan dasi yang mengikat kuat dileher nya semakin
membuat mood nya rusak pagi ini. sempat
terlintas dipikiran nya. ”daripada dipanggang seperti ini, rasa nya akan lebih
baik memesan satu cangkir latte” kata
nya. tapi niat itu dia urungkan.
Ini
kali ketiga Riska dan keluarga nya pindah rumah. rumah pertama nya ada di
Jakarta, lebih tepat nya lagi di daerah Kelapa Gading. Yang ke dua, dia dan
keluarga nya pindah ke Bandung, dan yang ketiga disini, di kota Banjarmasin. dan
dia berharap ini kali terakhir nya dia pindah rumah. berpindah-pindah tempat
tinggal selalu membuat nya tidak nyaman, selain harus membaur dengan lingkungan
baru, dan suasana baru. sewaktu di Jakarta, dia pindah sa’at masih duduk
dikelas 2 SMP, dan kelas 3 nya dia harus pindah sekolah di Bandung, sungguh
tidak nyaman kehilangan teman-teman, dan mengganti mereka dengan teman baru
yang belum tentu cocok.
Langkah Riska malas, menuju ke lapangan
upacara, mata nya mengukur setiap langkah kaki ke arah lapangan yang sudah di
penuhi oleh siswa-siswi lain yang terlihat cukup rapi. tak lama setelah itu, dia
sudah berada ditengah-tengah lapangan upacara, diatas langit siang Banjarmasin
yang memberi salam terlalu hangat siang ini.
“Selamat siang anak-anak yang kami cintai, selamat
datang disekolah ini, di SMAN 1 Banjarmsin……”, selebih nya Riska malas memperhatikan,
konsentrasi nya lebih teralih ke cafe
pertama yang dia kunjungi di Banjarmasin itu, ketika dia baru pindah dari
Bandung. Hari yang sial untuk nya pagi ini.
Sa’at pertama kali Riska ke cafe yang bernama “Titon’s Coffee” adalah
saat Riska merasa bosan dirumah baru nya, membersihkan kamar seharian, sungguh
melelahkan buat nya, dan setelah mencari tau bia internet, Riska memilih untuk
ke Titon’s Coffee, karena dekat dengan lokasi rumah Riska sekarang. Dan betul
saja, café itu membuat Riska bisa
melepas lelah setelah harus membersihkan kamar baru nya di daerah Pecinan.
Kesan
pertama yang Riska dapat waktu pertama kali masuk ke dalam café ini. harum, banyak aroma
kopi dimana-mana, sangat nyaman. Waktu itu, mata nya menjelajah seisi
ruangan, kursi dan meja kecil dengan gaya klasik, dinding café yang dihiasi wallpaper bermotif
bunga berwarna gelap. Coretan siluet dalam kanvas berwarna coklat, beberapa
lukisan dan hiasan terpajang rapi di sudut-sudut café. membuat dia merasa, ini akan menjadi tempat favorit nya Di
Banjarmasin.
Riska duduk di meja nomor 28, tepat
disamping meja Barista. Tak lama setelah Riska menjatuhkan diri nya diatas
kursi kayu berwarna coklat muda, dan menaruh tas ransel nya di samping kursi, seorang
waiter datang membawa menu kearah
Riska, sebuah note kecil dan pulpen terselip di kantong celana nya yang
berwarna hitam itu.
“ada
yang mau di pesan kak”, tanya waiter
itu, sembari meletakan menu di atas meja kecil. senyum nya ramah, tentu saja, tidak
ada seorang waiter yang tidak ramah
kepada pelanggan nya.
Jemari Riska membalik-balik lembaran menu, di
bagian makanan, tidak ada satu pun yang ingin dia pesan, perut nya masih terasa
kenyang dengan satu paket ayam goreng yang dibawakan Ayah nya tadi tidak lama
setelah mereka sampai dirumah baru nya.
“latte aja satu mas”, kata nya, menjatuhkan
pilihan,”oh iya, jangan terlalu manis”
Waiter
dengan cepat menulis pesanan Riska, ”ada tambahan lain kak? Red velvet nya
mungkin?”
“enggak,
itu aja” jawab Riska seadanya, senyum tipis Riska yang cukup untuk mengantarkan
waiter itu kembali ke meja nya.
Bunyi telpon bordering dari dalam tas Riska
memecahkan lamunan nya, Tangan Riska respon mengambil handphone nya itu dari dalam
tas ransel berwarna coklat. mata nya terfokus waktu melihat kontak yang
menelepon nya. jari nya pun langsung menggeser layar, mengangkat telpon dari
Ayah nya.
“iya”,
jawab Riska, dengan nada sedikit mengeluh.
“kamu
dimana? Baru dua jam disini kamu sudah keluyuran?”, tanya Ayah Riska, khawatir,
tapi dengan nada yang cukup tinggi.
“di
café, deket kok sama rumah, bentar
lagi juga pulang”, kata nya, berdusta. Tentu saja Riska ingin lebih lama
ditempat ini, dari pada dirumah baru nya.
“jangan
lama-lama, hati-hati, kamu baru aja sampai disini, papa enggak mau ditelpon
orang yang minta tebusan”, gertak Ayah Riska.
Tut.. tut... tut…
Telepon itu langsung diputuskan Riska, Ayah
nya memang terlalu menahan anak nya yang satu ini. wajar saja, Riska adalah
anak perempuan, walau pun sikap nya tomboy, Ayah nya tidak pernah membiarkan
Riska diluar rumah lewat dari jam malam, tapi sering juga Riska malah tidak
pulang sama sekali, dia lebih suka diluar rumah, dia bisa menghabiskan satu
malam penuh dirumah teman nya. itu lebih baik dari pada dirumah yang sunyi, pikirnya.
pekerja’an, itulah alasan utama Ayah dan Ibu nya untuk meninggalkan Riska
sendirian, dia sangat benci itu. Ditinggalkan dengan alasan “pekerja’an“.
Menyebalkan sekali.
Dibalik semua kenakalan nya, Riska adalah
seorang anak remaja yang manis, tubuh mungil, kulit putih dengan mata sipit, sudah
lebih dari cukup untuk membuat seorang laki-laki tertarik kepada nya. dan orang
itu adalah Dimas, yang kebetulan juga sedang menikmati sepotong red velvet. yang ditawarkan waiter tadi kepada Riska.
Dari tadi, Riska tidak sadar, ada seseorang
yang memperhatikan dia sejak tadi, Riska terlalu larut dalam tiap bait lagu
yang didengarkan nya lewat earpod tepat
setelah dia menutup telpon dari Ayah nya.
Oh his eyes, his eyes
Make the stars look like they're not shining
His hair, his hair
Falls perfectly without him trying
He's so wonderful
And I tell him everyday
Yeah I know, I know
When I compliment him
He wont believe me
And its so, its so
Sad to think he don't see what I see
But every time I ask him do I look okay
I say
When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause boy you're amazing
Just the way you are
Oh you know, you know, you know
Id never ask you to change
If perfect is what you're searchin for
Then just stay the same
So don't even bother asking
If you look okay
You know I say
When I see your face
There's not a thing that I would change
because you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for a while
Cause boy you're amazing
Just the way you are
The way you are
The way you are
Boy you're amazing
Just the way you are
When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause boy you're amazing
Just the way you are
Yeaah.
Sebuah lagu cukup untuk menerjemahkan
perasa’an Riska kali ini, Hati nya tertinggal pada seseorang di kota sebelum
nya, Bandung. tentu saja, lagu ini punya arti tersendiri dalam hubungan nya
yang terpaksa putus sejak Riska pindah ke Banjarmasin.
Dimas, mata nya tidak pernah beralih dari
Riska. sejak Riska masuk dan duduk tepat satu meja di depan nya. penasaran, terpukau,
dan jatuh hati. itu lah yang dia rasakan saat mata nya mengirimkan sinyal manis
saat melihat Riska, aku mau tau siapa
nama nya. Kata Dimas, dalam hati.
Tapi, 2 Tahun berlalu, sejak Dimas kenal
nama nya, Riska Ananda Putri, dan hubungan mereka hanya sampai sebatas teman, Cuma
teman, tidak pernah lebih dari itu. ketakutan, itu lah yang di rasakan Dimas
sejak tau nama dan semua tentang Riska, semakin dia mengetahui semua tentang
Riska, dia semakin takut, takut semakin jatuh hati dan bila suatu saat dia
memiliki Riska, hal itu akan lebih
membuat hati nya takut kehilangan Riska, seperti ini lebih baik pikir nya, menjaga
tanpa harus memiliki, mecintai tanpai harus dicintai, mengagumi tanpa harus
diketahui. Menjadi sahabat Riska, adalah cara terbaik Dimas menyalurkan kasih
sayang nya kepada Riska.
Terkadang,
hati terlalu lemah untuk memiliki cinta sebenar nya, bukan karena dia tidak
kuat, tapi karena hati selalu takut kehilangan pada saat dia sadar sudah
menemukan cinta sejati nya.
Didalam kamar, Dimas merasa senang, wanita
puja’an nya, Riska, hari ini sudah lulus dari SMAN 1 Banjarmasin, perasa’an
senang, dan sedih bercampur membuat mata Dimas hampir menjatuhkan air mata. mencoba
menghilangkan rasa sedih yang mengalahkan rasa senang nya hari itu, Dimas
memutar lagu di playlist handphone-nya.
lagu yang pertama kali Riska dengarkan di Titon’s Coffee. sayang nya Dimas
masih terlalu takut untuk mengatakan, kalau dia jatuh cinta kepada Riska.
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar